Banyakpengamat politik berpendapat bahwa Pemilu 1955 telah berlangsung secara demokratis dengan memenuhi prinsip LUBER (langsung, umum, bebas, dan rahasia) dan Jurdil (jujur dan adil), sedangkan pemilu era Orde Baru bisa dibilang semu dan kurang demokratis karena pemenang Pemilu sudah dapat ditebak hasilnya.
80% found this document useful 10 votes37K views24 pagesOriginal Title05. IPS KLS 9 BAB 4Copyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsPDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?80% found this document useful 10 votes37K views24 pagesIps KLS 9 Bab 4Original Title05. IPS KLS 9 BAB 4Jump to Page You are on page 1of 24 You're Reading a Free Preview Pages 6 to 8 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 12 to 22 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. Setelahperistiwa G30S / PKI, negara Republik Indonesia dilanda instabilitas politik akibat tidak tegasnya kepemimpinan Presiden Soekarno dalam mengambil keputusan atas peristiwa itu. Sementara itu, partai-partai politik terpecah belah dalam kelompok-kelompok yang saling bertentangan, antara penentang dan pendukung kebijakan Presiden Soekarno. Kamu udah tahu belum kalau pemilu pertama di Indonesia itu diadakan pada tahun 1955? Wah, seperti apa ya, sejarah Pemilu 1955? Yuk, baca pembahasannya pada artikel berikut! — Teman-teman, udah tahu belum? Pemilihan umum pemilu pada tahun 1955 itu adalah pemilu yang pertama di Indonesia, lho! Pemilihan umum di Indonesia pertama kali diselenggarakan pada 29 September 1955, tepatnya pada masa kabinet Burhanuddin Harahap. “Wah, tahun segitu sih aku belum lahir!” Heiii.. jangankan kamu. Orang tua kamu aja mungkin belum lahir tuh, tahun segitu.. Eits, ngomongin soal pemilu pertama di Indonesia, kamu mau tahu nggak, sejarah Pemilu 1955 itu seperti apa? “Mau bangeett!” Nah, kita bahas bersama-sama, yuk! Sejarah Pemilu 1955 Jadi, berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 tahun 1953, pemilu tahun 1955 itu dilaksanakan dalam rangka memilih anggota-anggota parlemen DPR dan Konstituante. Konstituante sendiri adalah lembaga yang memiliki tugas dan wewenang untuk melakukan perubahan terhadap konstitusi negara. Sistem yang digunakan pada Pemilu 1955 adalah sistem perwakilan proporsional. Berdasarkan sistem ini, wilayah Indonesia dibagi menjadi 16 daerah pemilihan. Tapi, pada akhirnya, daerah ke-16 Indonesia yaitu Irian Barat gagal melaksanakan pemilu karena pada saat itu, daerah tersebut masih dikuasai oleh Belanda. Yaahh.. sayang sekali, ya! Potret pelaksanaan pemilu pada tahun 1955 Sumber Eh, tapi, kamu tahu nggak nih, apa yang dimaksud dengan sistem perwakilan proporsional? Sistem perwakilan proporsional merupakan sistem yang mengatur bahwa setiap daerah pemilihan nantinya akan mendapatkan sejumlah kursi berdasarkan jumlah penduduknya, dengan ketentuan setiap daerah berhak mendapat jatah minimum 6 kursi untuk Konstituante dan 3 kursi untuk Parlemen. Baca juga Tokoh-Tokoh yang Berjuang Mempertahankan Kemerdekaan NKRI Nah, pada setiap daerah pemilihan tersebut, kursi akan diberikan kepada partai-partai dan calon-calon anggota lainnya sesuai dengan jumlah suara yang mereka peroleh. Kemudian, sisa suara akan digabungkan, baik antara berbagai partai di dalam suatu daerah pemilihan kalau partai-partai bersangkutan sebelumnya telah menyatakan sepakat untuk menggabungkan sisa suara, maupun digabungkan untuk satu partai di tingkat nasional. Pelaksanaan Pemilu 1955 Sebelum Pemilu 1955 dilaksanakan, pastinya ada proses pendaftaran terlebih dahulu ya, teman-teman! Proses pendaftaran ini bertujuan agar seluruh warga dapat memiliki hak suara yang sah sebagai pemilih. Proses pendaftaran ini dilaksanakan sejak bulan Mei 1954 dan selesai pada bulan November 1954. Nah, kalau pelaksanaan Pemilu 1955 sendiri dibagi menjadi dua tahap nih! Pembagian ini dilakukan berdasarkan tujuannya, yaitu Tahap pertama merupakan pemilu untuk memilih anggota DPR. Tahap ini diselenggarakan pada tanggal 29 September 1955 dengan diikuti oleh 29 partai politik dan individu. Tahap kedua merupakan pemilu untuk memilih anggota Konstituante. Tahap ini diselenggarakan pada tanggal 15 Desember 1955. Pada saat itu, jumlah warga yang memenuhi syarat untuk masuk bilik suara adalah sebesar jiwa. Berdasarkan jumlah tersebut, sebanyak 87,65% atau sebanyak jiwa telah menggunakan hak pilihnya dengan baik. By the way, kamu tahu nggak sih, kalau pemilu sekarang itu, anggota TNI dan Polri tidak boleh ikut berpartisipasi dalam Pemilu, lho. Beda nih, dengan peraturan yang berlaku pada pemilu tahun 1955. Saat itu, anggota TNI dan Polri boleh menggunakan hak pilih mereka dalam pemilu. Menurut George McTurnan Kahin, seorang sejarawan dan akademisi politik dari Amerika Serikat, Pemilu 1955 itu sangat penting lho, guys! Pasalnya, dengan terlaksananya Pemilu 1955, kekuatan partai-partai politik di Indonesia jadi bisa terukur dengan lebih cermat dan parlemen yang dihasilkan pun juga lebih bermutu. Hal ini dikarenakan wakil yang duduk di parlemen adalah orang-orang yang dipilih oleh rakyat, sehingga mereka lebih memiliki rasa tanggung jawab dalam menjalankan tugasnya. Selain untuk memilih anggota DPR dan Konstituante, pemilu juga diadakan untuk memilih anggota DPRD. Tapi, pemilu untuk memilih anggota DPRD dilaksanakan dua tahun setelahnya, yaitu pada tahun 1957. Pemilu untuk memilih anggota DPRD dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap pertama berlangsung pada bulan Juni 1957 untuk wilayah Indonesia bagian barat. Sedangkan tahap kedua berlangsung pada bulan Juli 1957 untuk wilayah Indonesia bagian timur. Demikian pembahasan kita tentang sejarah Pemilu 1955. Kalau kamu mau belajar materi sejarah lainnya, kamu bisa cek video beranimasi lengkapnya di ruangbelajar, lho! Yuk, cobain aplikasinya sekarang! Sumber Foto Foto Proses pelaksanaan pemilu di tahun 1955 [Daring]. Tautan Diakses 30 November 2020. Artikel ini telah diperbarui pada 31 Agustus 2021. 29September 1955. Pemilu pertama setelah merdeka disambutHalo Rahmat Instabilitas politik terus berlangsung setelah pemilu 1955 karena konstituante telah gagal menjalankan tugasnya membentuk undang-undang baru karena adanya pertentangan antara golongan Islam dengan Nasionalis. Pemilihan Umum 1955 merupakan pemilu pertama yang berhasil diselenggarakan Republik Indonesia, pelaksanaannya meriah, partisipasi rakyat juga cukup tinggi untuk ukuran negara yang baru pertama kali menyelenggarakan. Ada dua lembaga yang saat itu dipilih anggotanya, yaitu DPR dan Konstituante. Wakil wakil politik di parlemen diharapkan mampu menjadi representasi rakyat secara keseluruhan, terlebih mereka dipilih secara langsung oleh rakyat. Kenyataan yang terjadi, stabilitas yang diharapkan itu tidak terwujud. Justru polarisasi dan kesenjangan semakin menampakkan bentuk nyatanya dengan kemunculan pergolakan politik di daerah-daerah, seperti di Sumatera dan Sulawesi. Kewibawaan pemerintah pusat dipertanyakan. Konflik yang semakin meruncing itu membuat kabinet Ali Sastroamijoyo II yang didaulat memerintah akhirnya jatuh. Selain itu juga karena adanya kegagalan konstituante dalam merumuskan undang-undang dasar yang baru adalah akibat adanya perdebatan kelompok islam dan nasionalis sekuler tentang dasar konstituante dalam merumuskan undang-undang dasar yang baru adalah akibat adanya perdebatan kelompok islam dan nasionalis sekuler tentang dasar negara. Semoga membantu ya
JAKARTA, - Pelaksanaan pemilihan umum perdana di Indonesia pada 1955 selalu dikenang sebagai pemilu yang paling demokratis. Ada sejumlah uraian yang menjelaskan mengapa pemilu 1955 kerap dipuji sebagai yang paling demokratis di antara pemilu pertama adalah pemilu 1955 dilakukan dengan bebas dan jujur, tanpa paksaan. Jika dibandingkan dengan pemilu selanjutnya yang digelar di masa pemerintahan Orde Baru memang dinilai bertolak belakang. Baca juga KPU Rencanakan Pendaftaran Parpol Peserta Pemilu Agustus 2022, Bakal Gunakan Sipol Sebab pemilu selama masa pemerintahan Orde Baru dinilai penuh rekayasa sehingga terus menerus dimenangkan oleh Golkar sebagai pilar politik utama guna mendukung kekuasaan Soeharto. Apalagi saat itu seluruh pegawai negeri sipil diwajibkan memilih Golkar, dan akan mendapatkan hukuman jika membangkang. Hukumannya bisa dimutasi sampai penundaan kenaikan gaji atau jabatan. Selain itu, saat pemilu 1955 tidak terjadi politik uang atau serangan fajar seperti yang terjadi di masa Orde Baru bahkan sampai setelah reformasi. Pemilu 1955 juga memperlihatkan spektrum politik Indonesia, dengan diikuti oleh berbagai partai dengan beragam latar belakang ideologi. Selain itu, pemilu pada saat itu bisa digelar dalam kondisi bangsa yang baru berusia satu dasawarsa dan tengah diliputi berbagai gejolak keamanan di dalam negeri seperti pemberontakan. Selain itu, aparat militer dan kepolisian saat itu masih diberi hak untuk memilih. Baca juga Sejarah Pemilu dan Pilpres 2019, dari Peserta hingga HasilMeski kondisi tengah rawan, tetapi pemilu 1955 bisa berlangsung aman dan dengan jumlah keikutsertaan pemilih yang sangat tinggi, yakni 87,66 persen dari pemilih terdaftar. Selain itu, saat itu pemerintah membebaskan seluruh partai politik, organisasi masyarakat, hingga calon perseorangan mengikuti pemilu dari beragam ideologi atau yang berbasis kedekatan sosial, kemasyaratakan, etnis, kedaerahan hingga ras. Hal itu dibuktikan dengan Partai Nasional Indonesia PNI yang mengusung ideologi nasionalisme, bisa bersaing dengan Majelis Syuro Muslimin Indonesia Masyumi dan Partai Nahdlatul Ulama NU yang mengusung ideologi Islam, dan Partai Komunis Indonesia PKI. Pemilu dilakukan dua kali, yang pertama pada tanggal 29 September 1955 untuk memilih anggota-anggota DPR. Baca juga Bawaslu Tekankan Pentingnya Literasi Digital Jelang Pemilu 2024 Yang kedua dilakukan tanggal 15 Desember 1955 untuk memilih anggota-anggota Dewan Konstituante. Hasil Pemilu 1955 Pada Pemilu 1955 terdapat 260 jumlah kursi DPR dan 520 kursi untuk Konstituante. Ini masih ditambah dengan 14 wakil golongan minoritas yang diangkat pemerintah. Mulanya wilayah Indonesia dibagi dalam 16 berdasarkan sistem perwakilan proporsional. Namun dalam pelaksanaannya Irian Barat gagal melaksanakan Pemilu karena daerah tersebut masih dikuasai oleh Belanda sehingga hanya tersisa 15 daerah pemilihan. Partai politik yang masuk dalam posisi 3 besar di DPR hasil Pemilu 1955 adalah Partai Nasional Indonesia PNI dengan suara 22,32 persen dan 57 kursi parlemen. Masyumi dengan suara 20,92 persen dan mendapat 57 kursi. Nahdlatul Ulama NU dengan suara 18,41 persen dan 45 kursi. Sedangkan untuk Konstituante, posisinya juga mirip dengan hasil Pemilu 1955 untuk DPR, yaitu Partai Nasional Indonesia PNI meraih suara 23,97 persen dengan 119 kursi. Masyumi meraih suara 20,59 persen dan 112 kursi. Nahdlatul Ulama NU meraih suara 18,47 persen dan 91 kursi. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. r_bookmark_uascox- "> engine 'C', ce_feedback feed engine 'C', a; " n BImajlGxReceholder="Ayo tebak apa aja makanan akanan akanan akanan akanan akanan akanan akaninan 2 Indne 'C', widf="htt/- nan aka a Nass="lozilts = resp; com/crops/U0'syst4 error function on the recHelper when either an error * has occ -rap"> idg8 kmn idg8 kmn id6*** * JXRECSDK NOT { nctiono" Pr sourcnowG2'> 4 '}q' -alt="TTS - Teka - Teki Santuy Eps 115 Jenis-Jenis Fobia"> P Jenis-Jenis Fobia"> console. s Fobia"Ptc r115 Jenis-Jenis Fobia"> Fobia"> ms; s Jenis Fobia"> HttpRequestu he destin= souroTUlvu}rce],Ayot8i souroTUlvu}rce],Ayot8i souequestuvu}C'hen eitherHelpep"> idg8 km; the ot8i souro-mtCaer="0" C',/h aaaaaa-xD6s"TTS - 9er=" .hr i++.log'track ev= " data-src="httr iyrrgpis-Jeni 'C', widf="htt/- nan aka d_bookmk_bookmk_bo thi0Rolc}rce],Ayot8i souroTUlvu}rce],Af wi'i = 0;8v> id6*** * JXRECSDK NOT { ei dock-l, ="hde-"Pt'.wSp]Ck recRe the recHelper * JXRECSDK NOT { ei dock-l, ="hde-"Pt'.wSp]Ck recRe the recHelper l_data' { t Seal s_m/cro s_m/croRn=35h=o;TR_IBCUCya!"> r]mFs][k9 }i`J0x0[Un=mb }i`J0x0}in= souroTUlvu}rce],Ayot8i souroTUlvu}rce],Ayot8i souequestuvu}C'hen eitherHelpep"> idg8 km; the ot8i souro-mtCaer="0" C',/h aaaaaa-xD6s"TTS -etuMrecRe the recHelper l_data' { t Seal s_m/cro s_m/croRn=35h=o;TR_IBCUCya!"> cHepcGZpb3b3b3r1 []6epcGZpb3b3b3apRequestu aplay-4"roTUlvu}rce-
Bukuini terbit seiring dengan akan dilangsungkannya Pemilu pertama pasca reformasi, 1999. Baca Juga: Ditanya Soal Poros Islam Pada Pilpres 2024, Ini Jawaban PKS. Pemilu 1955, seperti dicantumkan dalam buku tersebut, dimenangi oleh PNI (Partai Nasionalis Indonesia) pada urutan pertama dengan perolehan suara lebih dari 9 juta suara.
- Pemilihan umum pada 29 September 1955 tercatat sebagai pemilu pertama yang bersifat nasional di Indonesia. Dalam Pemilu 1955, masyarakat memilih anggota-anggota parlemen DPR dan Konstituante, dan diikuti oleh 30 partai politik, serta lebih dari seratus daftar kumpulan dan calon partai keluar sebagai pemenang Pemilu 1955 dengan jumlah suara dan kursi jauh mengungguli parta-partai lainnya. Nama Partai Jumlah Suara Jumlah Kursi Partai Nasional Indonesia PNI 57 Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia Masyumi 57 Partai Nahdlatul Ulama NU 45 Partai Komunis Indonesia PKI 39 Sebagai perbandingan, Partai Syarikat Islam Indonesia dan Partai Kristen Indonesia yang duduk di peringkat 5 dan 6, masing-masing mencatatkan perolehan suara dan serta sama-sama meraih 8 kursi. Perolehan tersebut berada jauh di bawah capaian partai yang keluar sebagai empat besar. Sejarah singkat Pemilu di Indonesia Dikutip dari laman Kepustakaan Presiden, Pemilu 1955 merupakan pemilu pertama yang bersifat nasional di Indonesia. Sebelum pemilu yang bersifat nasional tersebut, Indonesia pernah melaksanakan pemilu yang bersifat lokal. Pemilu yang bersifat lokal tersebut pernah dilaksanakan di dua daerah di Indonesia, yaitu daerah Minahasa dan Yogyakarta pada 1951. Pemilu di Minahasa memilih secara langsung 25 anggota DPRD, sedangkan pemilu di Yogyakarta memilih secara tidak langsung anggota DPRD. Masyarakat memilih elektor yang bertemu lima pekan kemudian untuk memilih 40 anggota DPRD. Jauh sebelum negara Indonesia terbentuk, pemilu dalam skala terbatas juga pernah dilakukan. Pemilu dilakukan untuk memilih anggota Volksraad, dimana sebagian anggotanya dipilih secara tidak langsungdan sebagaian yang lain diangkat oleh Gubernur Jenderal. Anggota Volksraad terdiri dari orang Eropa, Indo-Arab, Indo-China dan Pribumi. Pemilu 1955 merupakan pemilu yang disiapkan dan diselenggarakan oleh tiga kabinet yang berbeda. Persiapannya dilakukan oleh Kabinet Wilopo, sedangkan pelaksanaannya dilakukan oleh Kabinet Ali Sastroamidjojo dan Kabinet Burhanuddin Wilopo mempersiapkan dan mengesahkan undang-undang pemilu. Kabinet Ali Sastroamidjojo melaksanakan pemilu sampai tahap kampanye, kemudian diganti Kabinet Burhanuddin Harahap yang melaksanakan tahapan pencoblosan sampai pemilu selesai. Pemilu 1955 terdiri dari dua tahap Pemilihan 29 September 1955 untuk memilih anggota-anggota DPR. Pemilihan 15 Desember 1955 untuk memilih anggota-anggota Dewan Konstituante Hasil Pemilu 1955 terdapat 260 kursi untuk DPR dan 520 kursi untuk Konstituante. Pemilu 1955 paling demokratis Diberitakan pelaksanaan pemilihan umum perdana di Indonesia pada 1955 selalu dikenang sebagai pemilu yang paling demokratis. Terdapat sejumlah argumen yang menjelaskan mengapa pemilu 1955 kerap dipuji sebagai yang paling demokratis di antara pemilu lain. Argumen pertama adalah Pemilu 1955 dilakukan dengan bebas dan jujur, tanpa paksaan. Sangat bertolak belakang dengan pemilu selanjutnya di masa pemerintahan Orde Baru. Pemilu selama masa pemerintahan Orde Baru dinilai penuh rekayasa sehingga terus menerus dimenangkan oleh Golkar sebagai pilar politik utama guna mendukung kekuasaan Soeharto. Apalagi saat itu seluruh pegawai negeri sipil diwajibkan memilih Golkar, dan akan mendapatkan hukuman jika membangkang. Pemilu 1955 juga bersih dari politik uang atau serangan fajar seperti yang terjadi di masa Orde Baru bahkan sampai setelah Reformasi. Pemilu 1955 juga memperlihatkan spektrum politik Indonesia, dengan diikuti oleh berbagai partai dengan beragam latar belakang ideologi. Hal itu dibuktikan dengan Partai Nasional Indonesia PNI yang mengusung ideologi nasionalisme, bisa bersaing dengan Majelis Syuro Muslimin Indonesia Masyumi dan Partai Nahdlatul Ulama NU yang mengusung ideologi Islam, dan Partai Komunis Indonesia PKI. Pemilu 1955 juga berhasil digelar dalam kondisi bangsa yang baru berusia satu dasawarsa, dan tengah diliputi berbagai gejolak keamanan di dalam negeri seperti pemberontakan. Dalam kondisi demikian, Pemilu 1955 bisa berlangsung aman dengan jumlah keikutsertaan pemilih yang sangat tinggi, yakni 87,66 persen dari pemilih terdaftar. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
SesudahPemilu 1955, instabilitas politik Indonesia terus berlangsung - 1604307 Fertian Fertian 30.11.2014 Sejarah Sekolah Menengah Pertama terjawab Sesudah Pemilu 1955, instabilitas politik Indonesia terus berlangsung karena: a. Konstituante tidak dapat melaksanakan tugasnya b. Pemilu 1955 dianggap tidak demokratis
- Pemilihan umum Pemilu pertama yang terjadi di Indonesia dilaksanakan pada tahun 1955. Pemilu tersebut dilaksanakan pada masa kabinet Burhanuddin Harahap. Dalam buku A History of Modern Indonesia since 1200 2008 karya MC Ricklefs, berdasarkan UU No 7 Tahun 1953 pemilu tersebut dilaksanakan dalam rangka memilih anggota-anggota parlemen DPR dan adalah lembaga yang memiliki tugas dan wewenang untuk melakukan perubahan terhadap konstitusi negara. Sistem yang digunakan pada Pemilu 1955 adalah perwakilan proporsional. Artinya setiap daerah pemilih akan mendapatkan jumlah kursi atas dasar jumlah penduduknya. Hal tersebut dengan ketentuan setiap daerah berhak mendapatkan jatah minimun enam kursi untuk Konstituante dan tiga kursi untuk Pemilu 1955 terdapat 260 jumlah kursi DOR yang diperebutkan dan 520 kursi untuk Konstituante. Ditambah 14 wakil golongan minoritas yang diangkat pemerintah. Baca juga Pemilu Pengertian, Alasan, Fungsi, Asas dan Tujuan Berdasarkan sistem perwakilan proporsional, wilayah Indonesia dibagi dalam 16 daerah pemilihan. Namun dalam pelaksanaannya hanya 15 karena Irian Barat gagal melaksanakan Pemilu karena daerah tersebut masih dikuasai oleh Belanda. Proses Pemilu 1955 Pendaftaran dimulai sejak Mei 1954 dan selesai pada November 1954. Jumlah warga yang memenuhi syarat pemilu sebanyak jiwa. Dari data tersebut, sebanyak 87,65 persen atau jiwa yang menggunakan hak suaranya. . 345 1 285 323 137 398 498 499